Selasa, 28 Januari 2014

TRADISI UPACARANYERIMPEN MEWAYANG PADA SAAT HARI RAYA GALUNGAN DI DESA PADAWA, KECAMATAN BANJAR, KABUPATEN BULELENG.


A     TRADISI UPACARANYERIMPEN MEWAYANG PADA SAAT HARI RAYA GALUNGAN DI DESA PADAWA, KECAMATAN BANJAR, KABUPATEN BULELENG.

B         Latar Belakang
            Yajnya  adalah korban suci secara tulus ikhlas dalam memuja Ida Sang Hyang Widhi Wasa dan beserta manifestasinya. Ada pun bagian-bagian dari panca yajnya yaitu: Dewa Yajnya, Rsi Yajnya, Pitra Yajnya, Manusia Yajnya, Bhuta Yajnya. Dewa yajnya adalah korban suci yang dipersembahkan kepada para Dewa.Rsi Yajnya adalah korban suci yang dipersembahkan kepada para Rsi.Ptra Yajnya adalah persembahan suci dan tulus ikhlas kepada para Pitara atau leluhur. Manusa Yajnya adalah suatu upacara persembahan yang bertujuan  untuk membersihkan dan menyucikan lahir bhatin manusia.
            ManusaYajnya merupakan salah stu bagian dari  panca yajnya yang berarti persembahan yang tulus ikhlas atau suci, untuk memelihara hidup dan membersihkan lahir batin manusia, mulai dari dalam kandungan sampai akhir hidup manusia. Dengan perkataan lain bahwa upacara Manusa Yajnya adalah korban suci yang tulus ikhlas untuk keselamatan keturunan serta untuk kesejahtraan manusia lainnya, dengan dana punia serta usaha kesejahtraan yang ditujukan untuk kesempurnaan hidup manusia.
            Tujuan upacara Manusa Yajnya untuk kesucian dari manusia.Serta diharapakan melalui pelaksanaan upacara Manusa Yajnya dapat mencapai kesucian lahir batin.Serta apabila kesucian diri dapat dicapai maka ketenangan dan kenyamanan hidup yang berupa kesejahtraan dan kebahagian dapat diwujudkan. Jadi pemaknaan dari suatu tujuan pelaksanaan upacara dan upakara agar tidak terlewatkan secara sia-sia, maka harus dimaknai dan dijaga kesucian dari lahir maupun batin, yang akan memberikan dampak pada kehidupan.
Terdapat bermacam-macam jenis upacara Manusia Yajnya.Karena upacara Manusa Yajnya yang paling banyak dilakukan dalam Panca Yajnya, yang menyangkut upacara dari manusia dalam kandungan hingga tua ada upacaranya. Dan upacaranya tidak sama satu dengan yang lainnya, begitu pula dengan desa kala patra masing-masing Daerah, yang berbeda-beda upakaranya namun memiliki tujuan yang sama, hanya saja prosesi dan upakara yang berbeda.
            Upacara Manusa Yajnya menyangkut mulai dari upacara magedong-gedongan (bayi dalam kandungan), upacara bayi lahir, upacara kepus pungsed, upacara nelepas Hawon/upacara 12 hari (roras lemeng), upacara tutug kekambuhan, upacara tiga bulanan atau nyambutin, upacara tumbuh gigi, upacara munggah deha, upacara mapandes (upacara potong gigi), upacara wiwahan (upacara perkawinan). (PHDI, 2001:53).
            Adapun upacara yang termasuk dalam upacara manusa yadnya diantaranya Magedong-gedongan adalah upacara pada saat bayi masih dalam kandungan sang ibu. Upacara bayi lahir merupakan Mapag Rare (menyambut si anak)yang telah lahir dengan selamat. Upacara kepus pungsed disebut juga matelah atau anelahan yang berarti “telah habis”.Upacara 12 hari adalah upacara Ngelepas Hawon, dimana bayi berumur 12 hari (roras lemeng).
            Otonan yang berasal dari kata wetu yang berarti lahir dan keluar.Otonan merupakan upacara penyambutan hari kelahiran anak yang jatuh pada 6 bulan sekali (1 oton) berdasarkan perhitungan pancawara, saptawara dan pawukon adalah 210 hari. Pada hari itulah hari lahir anak akan muncul. Misalnya anak lahir pada Saniscara Umanis Sungsang , maka otonan anak tepat pada saniscara setiap 6 bulannya (Sanjaya, 2010:33)
            Upacara otonan bertujuan agar segala keburukan dan kesalah-kesalahan yang mungkin dibawa ole si bayi dan semasa hidupnya terdahulu dapat dikurangi atau ditebus, sehingga kehidupanyang sekarang benar-benar merupakan kesempatan untuk memperbaiki serta meningkatkan diri untuk mencapai kehidupan yang sempurna.Upacara Otonan ini adalah upacara pemotongan rambut yang pertama kali, yang bertujuan untuk membersihkan ubun-ubun.
            Pelaksanaan upacara satu oton ini juga dimaksudkan untuk memohon kehadapan ibu pertiwi agar ikut mengasuh si bayi sehingga si bayi tidak mendapatkan kesulitan, selamat dan tumbuh dengan sempurna. Untuk ini diadakan pulau pacara turun tanah yang diinjakkan untuk pertama kalinya diberi gambar bedawang nala sebagai lambang dasar dunia, sedangkan si bayi ditutupi dengan sangkar yang disebut sumadala (Gunawan,2012:34).
            Bayuh oton adalah menurut kelahiran untuk menetralisir pengaruh-pengaruh yang tidak baik yang ada pada diri manusia.Bayuh adalah kata yang sejenis dengan kata dayuh.Dayuh dalam bahasa Bali artinya sejuk.Bayuh dimaksudkan menyejukkan diri manusia dari hal-hal yang bersifat keras atau panas kelahirannya.Menyejukkan juga berarti menetralisir.Sedangkan kata Ruwata berasal dari kata ruwat yang berarti menyucikan  (Wikarman,1998:15)
 Anak yang lahir pada wuku wayang dianggap kelahiran salah wadiperlu dibayuh khusus dengan pengelukatan Sang Mpu Leger, yang diselesaikan oleh Dalang yang tahu penyelenggaraan PanglukatanMpu Leger dimaksud. Upacara ritual ini sangat popular dan namun dilaksanakan oleh umat Hindu terutama dari lapisan masagrararis (  Wikarma.1998:13).
            Upakara otonan sangat banyak menggunakan sarana dan prasarana, tidak hanya menggunakan satu dua sara banten. Dimasing-masing daerah prosesi dan upacara otonan ada yang sama namun ada dibeberapa tempat yang memiliki upacara  sangat berbeda dengan yang lainnya, sesuai dengan Desa Kala Patra atau tradisi yang berlaku di Daerah masing-masing. Ada pula upacara otonan yang diisi  bantenJerimpen Mewayang.
            Nyerimpen ada 2 jenis yaitu Nyerimpen Jajan dan Nyerimpen Sate. Nyerimpen Jajan terdiri dari lima jenis batang rangkaian jajan yaitu jajan bekayu, jajan begina putih dan jajan begina merah. Dibagian dalamnya berisi jajan atau buah-buahan serta ada ceper atau pelaus kecil.Untuk bagian atasnya berisi sampian dengan kembang wangi. Sedangkan untuk Nyerimpen sate terdiri dari Nyerimpen sate itu ada 5 macam diantaranya sate pusut, sate lebat, sate asem, jepit babi, dan kekuwung. Dibagian tengahnya berisi tumpeng dan rerasmen serta bagian atasnya berisi sampaian dengan kembang wangi-wangian.  
            Sangat menarik bagi penulis peneliti tentang upacara otonan, dimana upacara otonan akan memberikan dampak bagi perkembangan anak sesuai dengan hari kelahiran dan upacara yang dibuatkan guna untuk menetralisir pengaruh-pengaruh negative yang dibawa sejak lahir. Di Desa Pedawa pelaksaan upacara otonan tidak seperti masyarakat Hindu seperti biasanya secara umum. Di Desa Pedawa ada upacara yang terkait dengan upacara  otonan yang di sering disebut dengan upacara Jerimpen Mewayang pada saat hari raya Galungan bukan pada saat hari otonannya.
            Upacara Jerimpen Mewayang pada saat hari raya Galungan yaitu upacara  yang berkaitan dengan upacara otonan namun dilaksanakan tidak pada saat hari otonannya. Pada masyrakat Hindu secara umum anak yang lahir pada  saat wuku wayang yang biasanya di berika penglukatan wayang sapuleger. Namun masyarakat Hindu di Desa Pedawa tidak hanya anak yang lair pada  wuku wayang saja yang di buatkan banten wayang.
            Penulis pada kesempatan ini akan meneliti tentang tradisi Upacara Jerimpen Mewayang pada saat hari raya Galungan, sangat menarik bagi penulis untuk mengaddakan penelitian di Desa Pedawa karena tradisi ini sangat unik, menggunakan dua Jerimpen yaitu: Jerimpen Jaja dan Jerimpen sate. Dan pada saat hari raya galungan melukat wayang dari Dalang yang bisa melukat.Esok harinya natab banten jerimpen dan banten galungan.

C         Rumusan Masalah
            Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah-masalah dalam penelitian ini. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:
1.Bagaimana prosesi upacara nyerimpen mewayang di Desa Pedawa?
    2.Mengapa upacara nyerimpen mewayang dilaksanakan di hari raya Galungan   tidak pada saat otonan?
3. Nilai pendidikan agama Hindu apa yang terdapat dalam upacara nyerrimpen mewayang di Desa Pedawa?

D         Tujuan Penelitian
            Setiap suatu kegiatan yang dilakukan pastilah memiliki tujuan yang ingin dicapai, begitu pula dengan kegiatan atau penelitian yang saya lakukan di Desa Pedawa, Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng.
1.      Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini guna dapat memberikan pemahaman tentang Nyerimpen mewayang pada saat Galungan di Deasa Padawa kepada masyarakat secara umum serta masyarakat di Desa Pedawa khususnya.
2.      Tujuan Khusus
2.1 Ingin mengetahui prosesi upacara nyerimpen mewayang di Desa Pedawa.
2.2 Ingin mengetahui upacara nyerimpen mewayang yang dilaksanakan di hari raya galungan tidak pada saat otonan di Desa Pedawa.
2.3 Ingin mengetahui nilai pendidikan agama hindu yang terdapat dalam upacara nyerimpen mewayang di Desa Pedawa.
E         Manfaat Penelitian
            Setiap penelitian yang dilakukan pasti memiliki manfaat dari penelitian yang dilakukan, minimal bagi dirinya, bagi orang lain serta bagi masyarakat umum. Begitu pula dengan penelitian yang penulis lakukan tentang Nyerimpen Mewayang pada saat Galungan , diharapkan mampu memberikan manfaaat yang bersifat praktis dan manfaat teoritis.
1                    Manfaat Teoritis
Dari penelitian yang dilakukan penelit adapun manfaat praktis yang ingin diproleh diantaranya: Agar hasil penelitian atau temuan yang didapat peneliti tentang Nyerimpen Mewayang pada saat Galungan ada manfaatnya bagi umat Hindu secara umum. Dan khususnya masyarakat Desa Pakraman Pedawa agar menambah wawasan tentang pentingnya nyerimpen mewayang ini, agar mampu dilestarikan dan dijaga tradisi yang unik yang memiliki nilai serta makna tersendiri.
2.               Manfaat Praktis
Adapun manfaat praktis yang ingin di capai dalam penyusunan proposal ini antara lain:
2.1              Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi penulis tentang upacara nyerimpen mewayang.
2.2              Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan dalam umat Hindu tentang upacara nyerimpen mewayang.
2.3              Hasil penelitian ini diharapkan dapat menabah wawasan masyarakat Pedawa tentang upacara nyerimpen mewayang.

F          Kajian Pustaka
            Kajian pustaka merupakan hal yang penting dalam penelitian, melalui pustaka yang mendukung penjelasan tentang nyerimpen mewayang akan memperjelas masalah yang diteliti, sebagai perbandingan dan acuan agar dapat menghindarkan terjadinya penelitian yang sama yang telah diteliti oleh para peneliti sebelumnya. Adapun pustaka-pustaka yang relevan yang mendukung penelitian tentang upacara nyerimpen mewayang sebagai kajian  pustaka sebagai berikut:
            Nyerimpen ada 2 jenis yaitu Nyerimpen Jajan dan Nyerimpen Sate. Nyerimpen Jajan terdiri dari lima jenis batang rangkaian jajan yaitu jajan bekayu, jajan begina putih dan jajan begina merah. Dibagian dalamnya berisi jajan atau buah-buahan serta ada ceper atau pelaus kecil.Untuk bagian atasnya berisi sampian dengan kembang wangi. Sedangkan untuk Nyerimpen sate terdiri dari Nyerimpen sate itu ada 5 macam diantaranya sate pusut, sate lebat, sate asem, jepit babi, dan kekuwung. Dibagian tengahnya berisi tumpeng dan rerasmen serta bagian atasnya berisi sampaian dengan kembang wangi-wangian.(Sanjaya.2005:63)         
            Wahyuni (2006) penelitian yang berjudul “ Tradisi Permainan magoak-goakan Pada Hari Raya Nyepi Suatu Kearifan Loka Di Desa Panji Kecamatan Sukasada Kabupaten Buleleng” Tradisi yang dilakukan masyarakat Desa Panji yang penuh dengan berbagai simbol-simbol kearifan lokal yang bermakna harus ditafsirkan. Tradisi Magoak-goakan merupakan kebudayaan masyarakat Desa Panji yang tercermin dalam ajaran Tri Hita Karana dimana masyarakat harus mampu mengamalkan rasa baktinya kehadapan Ida Sang Hyang Widhi, pemerintah dan masyarakat.
            Rusmini (2001) Penelitian yang berjudul “Kajian Tentang Nilai-Nilai Pendidikan Agama Hindu Dalam Pelaksanaan Penyepian di Desa Adat Mayong, Kecamatan Seririt, Kabupaten Buleleng” menyebutkan bahwa tujuan pengerupukan adalah untuk mengusir bhuta kala atau kekuatan negative yang membawa malapataka dan bencana supaya lenyap dari permukaan bumi ini atau kembali kealamnya masing-masing demi untuk mencapai kesejahtraan dan kebahagiaan umat manusia.
            Berdasarkan  hasil penelitian dan buku-buku tersebut diatas memberi kontribusi terhadap penelitian yang akan dilakukan sebagai perbandingan dan kajian tambahan dalam memahami Tradisi Upacara Nyerimpen Mewayang pada saat Hari Raya Galungan di Desa Pedawa.
G         Landasan Konsep
1.         Tradisi
            Tradisi merupakan gambaran sikap dan prilaku manusia yang telah berproses dalam waktu lama dan dilakukan secara turun-menurun dari nenek moyang.Tradisi dipengaruhi oleh kecendrungan untuk berbuat sesuatu dan mengulang sesuatu sehingga menjadi kebiasaan.
            Tradisi (Bahasa Latin: tradition,”diteruskan”) atau kebiasaan, dalam pengertian yang paling sederhana adalah sesuatu yang telah dilakukan untuk sejak lama dan menjadi bagian dari kehidupan suatu kelompok masyarakat, biasanya mendasar dari tradisi adalah adanya informasi yang diteruskan dari generasi kegenerasi baik tertulis maupun (sering kali) lisan, karena tanpa adanya ini, suatu tradisi dapat penuh.
            Tradisi dalam bahasa latin berarti artinya “diteruskan” atau kebiasaan, dalam pengertian yang paling sederhana adalah sesuatu yang telah dilakukan sejak lama dan menjadi bagian dari kehidupan suatu kelompok masyarakat, biasanya dari suatu Negara, kebudayaan, waktu atau agama yang sama. (htt:id.wikipedia.org//wiki/Tradisi)
           

2          Upacara
            (Surayin 2005:9) Menyebutkan bahwa upacara  berasal dari kata upa yang berarti “berhubungan”, dan cara yang berarti gerak kemudian mendapat akhiran a menjadi  kata benda yang berarti “gerak”. Jadi upacara adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan gerak atau kegiatan dalam kata lain upacara adalah gerak (pelaksanaan) dari suatu yadnya. Pada umumnya upacara itu adalah bentuk materi yang juga disebut “banten”, sebagai mana diketahui yadnya di Bali selalu dilengkapi dengan sesajen-sesajen (upakara).
            Menurut (Wiana 1997:37-38 dalam Sukajaya 2008:11), menyebutkan Upacara adalah sebuah kata yang berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti upacara dalam tattwanya memang suatu aktivitas yang mendekatkan manusia dan alam lingkungannya, dengan sesamanya dan dengan Tuhannya.Pendekatan dengan alam lingkungan alam dengan tujuan untuk membangun alam yang Bhutahita artinya alam lingkungan yang sejahtera
Menurut Donder (2007:281) menyatakan Upacara berasal dari kata Sansekerta, yaitu dari upa = dekat, dan kata acara = kebiasaan. Jadi Upacara yang menjadi bahasa Indonesia upacara (tidak menggunakan huruf a) mengandung arti;kebiasaan yang dekat atau kebiasaan yang mendekatkan. Maksudnya adalah suatu kebiasaan untuk mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa. Kata upacara berkaitan dengan kata tata cara, yang juga berasal dari bahasa sansekerta, yaitu dari kata; tata = susunan, acara = kebiasaan. Jadi tata cara adalah kebiasaan yang tersusun dengan urutan-urutan tertentu. Daalam agama Hindu upacara memiliki kedudukan dan fungsi yang sangat sentral, karena kedudukannya sebagai sesuatu yang sakral atau  suci, dan fungsinya sebagai symbol ketulusan hati. Dalam agama Hindu lebih populer dengan sebutan yajna. Perbedaanya adalah: Upacara bersifat khusus mengenai ritual yang lebih menonjol dalam penggunaan sarananya sedangkan yajna mengandungarti yang lebih  luas, yakni segala bentuk korban suci yang dilaksanakan baik ditujukan kepada Tuhan, sesama manusia, alam semesta, yang dilaksanakan dengan menggunakan sarana atau tidak menggunakan sarana.

3                    Nyerimpen
Jerimpen berasal dari dua suku kata yaitu: jeri dan empen. Jeri berasal dari kata Jari dan empen dari kata Empu. Dari kata jari menjadi asta (Asta Aiswarya) yang diartikan delapan penjuru dunia, sedangkan empu berarti Sang Putus (Maha Suci), diilustrasikan sbg Sang Hyang Widhi, krn Sang Hyang Widhilah yg mengatur dan memutuskan sgl yg ada di alam semesta.
Banten jerimpen adalah merupakan simbol permohonan kehadapan Tuhan beserta manifestasiNya (Asta Aiswarya) agar Beliau memberikan keputusan berupa anugrah baik secara lahiriah maupun bathiniah.Oleh karena itu jerimpen selalu dibuat dua buah dan ditempatkan di sampng kanan dan kiri dari banten lainnya, memakai sampyan windha (jit kokokan), windha berasal dr kata windhu yg artinya suniya, dan suniya diartikan Sang Hyang Widhi.Dua buah jerimpen mengandung maksud dan makna sbg simbol lahiriah dan bathiniah.
Penataannya jerimpen mengikuti konsep tatanan; kanistama, madyama dan uttama.Dalam tatanan upakara yang kanistama susunannya lebih sederhana dengan dialasi dulang kecil/sesenden dengan sampyan nagasari.Tapi dalam tatanan upakara madyama dan uttama biasanya bentuk banten jerimpen ini memakai keranjang jerimpen (badan) dan memakai sampyan windha (jit kokokan).
Jerimpen adalah simbol permohonan kehadapan Tuhan beserta manifestasiNya (Asta Aiswarya) agar Beliau memberikan keputusan berupa anugrah baik secara lahiriah maupun bathiniah sebagaimana disebutkan dalam makna banten jerimpen dalam mengenal dan memahami ajaran hindu.
Penataannya jerimpen mengikuti konsep tatanan; kanistama, madyama dan uttama.Dalam tatanan upakara yang kanistama susunannya lebih sederhana dengan dialasi dulang kecil/sesenden dengan sampyan nagasari. Tapi dalam tatanan upakara madyama dan uttama biasanya bentuk banten jerimpen ini memakai keranjang jerimpen (badan) dan memakai sampyan windha.Yadnya (banten) jerimpen ini dibuat sebagai simbol permohonan kehadapan Tuhan agar Beliau memberikan keputusan berupa anugrah baik secara lahiriah maupun bathiniah.



4                 Galungan
Kata “Galungan” berasal dari bahasa Jawa Kuna yang artinya menang atau bertarung. Galungan juga sama artinya dengan dungulan, yang juga berarti menang. Karena itu di Jawa, wuku yang kesebelas disebut Wuku Galungan, sedangkan di Bali wuku yang kesebelas itu disebut Wuku Dungulan. Namanya berbeda, tapi artinya sama saja. Seperti halnya di Jawa dalam rincian pancawara ada sebutan Legi sementara di Bali disebut Umanis, yang artinya sama: manis.
Agak sulit untuk memastikan bagaimana asal-usul Hari Raya Galungan ini. Kapan sebenarnya Galungan dirayakan pertamakali di Indonesia, terutama di Jawa dan di daerah lain khususnya di Bali. Drs. I Gusti Agung Gede Putra (mantan Dirjen Bimas Hindu dan Buddha Departemen Agama RI) memperkirakan, Galungan telah lama dirayakan umat Hindu di Indonesia sebelum hari raya itu populer dirayakan di Pulau Bali.Dugaan ini didasarkan pada lontar berbahasa Jawa Kuna yang bernama Kidung Panji Amalat Rasmi. Tetapi, kapan tepatnya Galungan itu dirayakan di luar Bali dan apakah namanya juga sama Galungan, masih belum terjawab dengan pasti.
Namun di Bali, ada sumber yang memberikan titik terang. Menurut lontar Purana Bali Dwipa, Galungan pertama kali dirayakan pada hari Purnama Kapat, Budha Kliwon Dungulan, tahun Saka 804 atau tahun 882 Masehi. Dalam lontar itu disebutkan: Punang aci Galungan ika ngawit, Bu, Ka, Dungulan sasih kacatur, tanggal 15, isaka 804. Bangun indria Buwana ikang Bali rajya.


H         Teori
            Suatu teori/konsep yang dijadikan dasar penelitian berguna untuk membaca fenomena emferik sehingga konsep/teori     ini berfungsi untuk “to understand”, yaitu penelitian dapat mengerti tentang sesuatu merupakan modal bagi peneliti untuk dapat menjelaskan “to describle” dan kadar lebih tinggi lagi adalah dapat mendiskripsikan secara cermat dan utuh “to explain”. Apabila penelitian sudah dapat menjelaskan ia dapat mengontrol atau mengevaluasi suatu fenomena dan dapat membuat prediksi terhadap hasil-hasil temuan emperik.
            Fungsi teori/konsep yang berangkat dari fenomena emperik dapat menjadi instrument untuk mengetahui suatu kondisi yang diinginkan dimasa depan, atau disebut juga dengan “to predict”. Dengan teori yang tepat, peneliti dapat mengestimasi/memproyeksikan, tidak menutup kemungkinan kalau melalui teori masa depan dapat diramalkan arah kecendrungannya. (Satrio, Komariah.2011:7)

1                       Teori Interaksionalisme Simbolik
Teori interaksionalisme simbolik menurut Bodgan dan Taylor mengemukakan orang senantiasa berada dalam suatu proses interpretasi dan definisi karena mereka harus terus menerus bergerak dari suatu situasi lain. Sebuah situasi atau fenomena akan bermakna apabila ditafsirkan dan didefinisikan (Suprayogo, 2001 :105).
Orang dengan potensi yang dimiliki dianggap mampu menjadi objek untuk dirinya sendiri dan sebagai subjek yang mampu melit tindakan-tindakannya seperti orang lain melihatnya. Dengan kata lain, manusia dapat membayangkan serta sadar diri dan prilakunya dari sudut pandang orang lain. Dengan demikian, manusia dapat mengkontruksi prilakunya dengan membangkitkan respon tertentu dari orang lain karena manusia adalah perlamban bermakna.
Tidakan atau prilaku seseorang atau sekelompok orang bergantung pada bagaimana mendefinisikan lingkungannya dan lingkungan mendefinisikan dirinya. Peranan sosial, nilai, norma dan tujuanlah yang membentuk kondisi dan tanggung jawab bagi perbuatan. Simbol adalah suatu hal yang diterima dengan persetujuan umum sebagai yang mewakili atau yang menjadi ciri khas dari suatu yang dipenuhi dengan kualitas atau yang terdapat dalam kenyataan atau pikiran (Tuner, 1990 : 18). Simbol atau lamang dapat mengantar pemahaman terhadap objek karena karakteristik simbol tidak terbatas pada isyarat fisik, tetapi dapat terwujud kata-kata, sebagai simbol suara yang mengandung arti.     
           

2          Teori Religi
Emosi keagamaan yang muncul itu membutuhkan suatu ojek tujuan. Mengenai apa yang menyebabkan bahwa sesuatu hal menjadi objek dari emosi keagamaan, bukanlah terutama sifatnya yang luar biasa atau aneh dan megah, tetapi adanya tekanan berupa anggapan umum dalam masyarakat. Misalnya karena salah satu peristiwa  secara kebetulan pernah dialami orang banyak. Obyek yang menjadi tujuan emosi keagamaan juga dapat bersifat sacre (keramat), sebagai lawan dari sifat profane (tidak keramat), yang tidak memiliki nilai keagamaan (Koentjaraningrat, 1998:376).
2                       Teori Nilai
Teori nilai membahas dua masalah yaitu masalah Etika dan Estetika.Etika membahas tentang baik buruknya tingkah laku manusia sedangkan estetika membahas mengenai kehindahan. Pengertian nilai itu adalah harga dimana sesuatu mempunyai nilai karena dia mempunyai harga atau sesuatu itu mempunyai harga karena ia mempunyai  nilai. Perbedaan antara nilai sesuatu itu disebabkan sifat itu sendiri.Nilai bersifat ide atau abstrak (tidak nyata). Nilai bukalah suatu fakta yang dapat ditangkap oleh indra.
Masalah kebenaran memang tidak terlepas dari nilai, tetapi nilai adalah menurut nilai logika. Tugas teori nilai adalah menyelesaikan masalah etika dan estetika dimana pembahasan tentang nilai ini banyak teori yang dikemukakan oleh beberapa golongan dan mempunyai pandangan yang tidak sama terhadap nilai itu. Seperti nilai yang dikemukakan oleh agama, positivism, pragmatisme, fvtalisme, hindunisme dan sebagainya.

I           Metode Pe
            merupakan aktifitas yang menggunakan kekuatan pikir dan aktifitas observasi dengan meggunakan kaidah-kaidah tertentu untuk menghasilkan ilmu pengetahuan guna memecahkan suatu persoalan. Aktifitas pikir dalam penelitian bukaan semata-mata memindahkan teori-teori yang sudah mapan hasil pikir authoritative dan intuitif kedalam suatu rencana penelitian untuk dibuktikan kebenarannya, akan tetapi merupaakn aktifitas pikir ilmiah. Artinya peneliti paham bagaimana melakukan penelitian untuk menguji teori-teori atau menemukan yang masih rahasia dengan menggunakan kerangka berpikir yang rasional yang dapat menganalisis data/fakta secara ilmiah sehingga menjadi teori yang teruji kebenarannya dan berrti bagi pemecahan masalah dan pengembangan ilmu.Untuk memproleh teori yang benar, penelitian dilaksanakan dengan menggunakan metode ilmiah.Artinya penelitian berdasarkan atas teori-teori, prinsip-prinsip serta asumsi dasar ilmu pengetahuan. (Satrio, Komariah.2011:3-4)     

1          Pendekatan
            Penelitian kualitatif dilakukan karena peneliti ingin mengeksplor fenomena-fenomena yang tidak dapat dikuantifikasikan yang bersifat deskriptif proses suatu langkah kerja, formula suatu resep, pengertia-pengertian tentang suatu konsep yang beragam, tata cara suatu budaya dan yang lainnya. menurut(Mulyana:2003 dalam Satrio, Komariah.2011:22-23) pendekatan kualitatif cendrung mengarah pada penelitian yang bersifat naturalistik fenomenologis, dan penelitian etnografi.
            Pendekatan kualitatif atau disebut juga pendekatan naturalistic adalah pendekatan yang menjawa permasalahan penelitiannya memerlukan pemahaman secara mendalam untuk menghasilkan kesimpulan-kesimpulan penelitian dalam konteks waktu dan situasi yang bersangkutan.      
           

            Penelitian kualitatif merupakan suatu pendekatan penelitian yang mengungkapkan situasi social tertentu dengan mendiskripsikan kenyataan secara benar, dibentuk oleh kata-kata berdasarkan teknik pengumpulan dan analisis data yang relevan yang diproleh dari situasi yang ailmiah.(Satrio, Komariah.2011:22-23). Jadi pendekatan penelitian kualitatif merupakan suatu pendekatan yang digunakan untuk mengeksplor suatu fenomena yang berkaitan dengan sosial budaya, bersarkan fakta-fakta yang terdapat dilapanangan.

1.                    Pendekatan Ex Post Facto
            Kerlingger (1973) penelitian kausal komparatif yang disebut juga sebagai penelitian Ex Post Facto adalah penyelidikan empiris yang sistematis dimana ilmuan tidak mengendalikan variable bebas secara langsung karena eksistensi dari variable telah terjadi.

2        Lokasi Penelitian
            Lokasi dari penelitian yang penulis lakukan yaitu di Desa Pakraman Pedawa, Kecamata Banjar Kabupaten Buleleng. Alasan penulis memilih Desa Pakraman Pedawa sebagai tempat penuli untuk melakukan penelitian di Desa ini karena Desa Pakraman Pedawa merupakan salah satu Desa Bali Age yang terdapat di Daerah kabupaten Buleleng. Dan tradisi Upacara nyerimpen mewayang yang terdaapat  Desa Pakraman Pedawa cukup menarik bagi penulis unuk dijadikan bahan penelitian.

1.      Subjek dan Objek Penelitian
            Dalam melakukan suatu penelitian yang bersifat akademis, maka sudah tentu harus ditentukan objek penelitiannya.Untuk mencapai suatu penelitian dimaksud, disamping menentukan objek penelitian juga harus menentukan subyek penelitian sebagai sumber pendukung.

3.1  Subjek Penelitian
          Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah masyarakat Hindu di Desa Pakraman Pedawa secara umum yang memiliki Tradisi Upacara Nyerimpen Mewayang, di Kecamatan Banjar kabupatan Buleleng.

i.                     Objek Penelitian
           Objek Dalam penelitian ini adalah Tradisi Upacara Nyerimpen Mewayang, di Desa Pakraman Pedawa Kecamatan Banjar Kabupaten Buleleng.

4.Jenis Data  dan Sumber Data Penelitian
4.1  Data Primer
Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain). Data sekunder umumnya berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip (data dokumenter) yang dipublikasikan dan yang tidak dipublikasikan.
Sebelum proses pencarian data sekunder dilakukan, kita perlu melakukan identifikasi kebutuhan terlebih dahulu. identifikasi dapat dilakukan dengan cara membuat pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut: 1) Apakah kita memerlukan data sekunder dalam menyelesaikan masalah yang akan diteliti? 2) Data sekunder seperti apa yang kita butuhkan? Identifikasi data sekunder yang kita butuhkan akan membantu mempercepat dalam pencarian dan penghematan waktu serta biaya.

4.2    Data  Skunder
Data primer merupakan sumber data yang diperoleh langsung dari sumber asli (tidak melalui media perantara).Data primer dapat berupa opini subjek (orang) secara individual atau kelompok, hasil observasi terhadap suatu benda (fisik), kejadian atau kegiatan, dan hasil pengujian. Metode yang digunakan untuk mendapatkan data primer yaitu : (1) metode survei dan (2) metode observasi.

4.      Teknik Penentuan Informan
            Informan adalah orang pada latar penelitian.Fungsinya untuk memberikan informasi tentang situaasi dan kondisi latar penelitian. Seorang informan harus memiliki banyak pengalaman tentang latar penelitian sebagai anggota tim ia dapat memberikan pandangan dari segi orang dalam tentang nilai-nilai, sikap, bangunan, proses, dan kebudayaan yang menjadi latar peneliti. Seorang informan harus jujur, patuh pada peraturan, suka berbicara, tidak termasuk anggota salah atau kelompok yang mempunyai komplik dalam latar peneliti.

5.     Teknik Pengumpulan Data
            Fase terpenting dari peneliti adaalh pengumpulan data, pengumpulan data tidak lain dari suatu proses pengdaan data menghasilakan temuan, kalau tidak memproleh data. pengumpulan data dalam penelitian ilmah adalah prosedur yang sistematis untuk memproleh data yang diperlukan. dalam penelitian kualitatif teknik pengumpuln data yang dapat dilakukan melalui setting dari berbagai sumber, dan berbagai cara. Dilihat dari settingnya, data dapat dikumpulkan dengan menggunakan primer dan sumber skunder.  Sumber primer adalah  data yang langsung memberikan data kepadda peneliti, dan sumber sekunder merupaakn sumber yang tidak langsung memberikan data kepaad peneliti. 
            Instrumen peneliti kualitatif adalah “human istrumen” atau manusia sebagai informan ataupun yang mencari data dan instrument utama.Peneliti kualitatif adalah peneliti itu sendiri sebagai ujung tombak pengumpulan data (Instrumrn).Peneliti terjun secara langsung ke lapangan untuk mengumpulkan sejumblah informasi yang dibutuhkan, dengan menggunakan teknik yang digunakan dapat berupa kegiatan observasi, partisipasi, studi dokumentasi, dan wawancara.

5.1   Observasi
            Observasi adalah teknik pengumpulan data dengan melakukan pengamatan langsung terhadap subyek dimana sehari-hari mereka berada dan biasa melakukan aktivitasnya.Ada dua macam observasi yaitu observasi secara langsung maupun observas tidak langsung.Observasi merupakan pengamatan langsung “natural setting” Dengan demikian pengertian observasi kualitatif adalah pengamatan langsung terhadap objek, situasi, konteks, dan maknanya dalam upaya mengumpulkan data peneliti.

5.2   Wawancara  
            Wawancara yang dilakukan adalah untuk melakukan adalah untuk memproleh makna yang raasional, maka observasi perlu dikuatkan dengan wawancara. Wawancara merupakan teknik pengumpulan data dengan melakukan dialog langsung dengan sumber data, dan dilakukan secara tak bersetruktur, dimana responden mendapat kebebaasan dan kesempatan untuk mengelukan pikiran, pandangan, dan perasaan secara natural.
            Wawancara adalah suatu teknik pengumpulan data untuk mendapatkan informasi yang digali dari sumber data langsung melalui percakapan atau Tanya jawab.Wawancara dalam penelitian kualitatif sifatnya mendalam karena ingin mengeksplorasi informasi secara holistik dan jenis dari informan.Wawancara dapat digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan peneliti berkeinginan untuk mengetahui hal-hal yang berhubungan dengan informan lebih mendalam.
            Sebagai pegangan peneliti dalam menggunakan metode interviu adalah bahwa subjek adalah informan yang tahu tentang dirinya sendiri.Dengan demikian mengadakan wawancara pada prinsipnya merupakan usaha untuk mengali keterangan yang lebih dalam dari sebuah kajian dari sumber yang relevan berupa pendapat, kesan, pengalaman, pikiran dan sebagainnya.

5.3   Dokumentasi
            Selain sumber manusia (human resouerces)  melalui observasi dan wawancara sumber lainnya sebagai pendukung yaitu dokum-dokumen tertulis yang resmi ataupun tidak resmi.  Dokumen merupakan catatan pristiwa yang sudah berlalu.Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya monumental dari seseorang.Yang dimaksud dokumen adalah catatan kejadian atau pristiwa yang sudah lampau yang dinyatakan dalam bentuk lisan, tulisan dan karya.

6.     Teknik Analisis
6.1   Reduksi Data
            Dilakukan identifikasi terhadap unit/bagian terkecil dalam susunan yang memiliki makna bila dikaitkan dengan focus masalah penelitian. Setelah ditemmuan bagian terkecil dalam data tersebut kemudian dilakukan pengkodean terhadap setiap unit tersebut dengan tujuan agar unit tersebut dapat ditelusuri sumber asalnya.


6.2  Display Data
            Bagian data yang memiliki kesamaan dipilih dan diberi label (nama). Oprasionalisasi mengkatagorikan data dengan cara data yang diproleh  dikatagorisasikan meneurut pokok permasalahan dan dibuat dalam bentuk matriks sehingga memudahkan peneliti untuk melihat pola-pola hubungan suatu data lainnya. setiap katagori yang ada dicari kaitannya kemudian dieri label (nama).

6.3 Analisi Data
            Analisis data adaalh suatu fase penelitian kualitatif yang sangat penting karena melalui analisis data inilah peneliti dapat memproleh wujud dari penelitian yang dilakukannya.Analisis adalah suatu upaya menguraikan menjadi bagian-bagian, sehingga susunan/tatanan bentuk sesuatu yang diurai tampak dengan jelas.Menganalisis adalah suatu aktivitas yang tidak akan sama bentuk dan langkahnya antara satu orang dengan yang lainnya. Namun demikian, apabilan merujuk arti analisis   sebagai suatu upaya mengurai menjadi bagian-bagian, maka peneliti dapat memulai analisis dari fakta-fakta lapangan yang ditemukan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar