A TRADISI UPACARANYERIMPEN MEWAYANG PADA SAAT HARI RAYA GALUNGAN DI DESA PADAWA,
KECAMATAN BANJAR, KABUPATEN BULELENG.
B Latar Belakang
Yajnya adalah korban suci secara tulus ikhlas dalam
memuja Ida Sang Hyang Widhi Wasa dan beserta manifestasinya. Ada pun
bagian-bagian dari panca yajnya yaitu: Dewa Yajnya, Rsi Yajnya, Pitra Yajnya,
Manusia Yajnya, Bhuta Yajnya. Dewa yajnya adalah korban suci yang dipersembahkan
kepada para Dewa.Rsi Yajnya adalah korban suci yang dipersembahkan kepada para
Rsi.Ptra Yajnya adalah persembahan suci dan tulus ikhlas kepada para Pitara
atau leluhur. Manusa Yajnya adalah suatu upacara persembahan yang
bertujuan untuk membersihkan dan menyucikan
lahir bhatin manusia.
ManusaYajnya
merupakan salah stu bagian dari panca
yajnya yang berarti persembahan yang tulus ikhlas atau suci, untuk memelihara
hidup dan membersihkan lahir batin manusia, mulai dari dalam kandungan sampai
akhir hidup manusia. Dengan perkataan lain bahwa upacara Manusa Yajnya adalah
korban suci yang tulus ikhlas untuk keselamatan keturunan serta untuk
kesejahtraan manusia lainnya, dengan dana punia serta usaha kesejahtraan yang
ditujukan untuk kesempurnaan hidup manusia.
Tujuan
upacara Manusa Yajnya untuk kesucian dari manusia.Serta diharapakan melalui
pelaksanaan upacara Manusa Yajnya dapat mencapai kesucian lahir batin.Serta
apabila kesucian diri dapat dicapai maka ketenangan dan kenyamanan hidup yang
berupa kesejahtraan dan kebahagian dapat diwujudkan. Jadi pemaknaan dari suatu
tujuan pelaksanaan upacara dan upakara agar tidak terlewatkan secara sia-sia,
maka harus dimaknai dan dijaga kesucian dari lahir maupun batin, yang akan
memberikan dampak pada kehidupan.
Terdapat bermacam-macam
jenis upacara Manusia Yajnya.Karena upacara Manusa Yajnya yang paling banyak
dilakukan dalam Panca Yajnya, yang menyangkut upacara dari manusia dalam
kandungan hingga tua ada upacaranya. Dan upacaranya tidak sama satu dengan yang
lainnya, begitu pula dengan desa kala patra masing-masing Daerah, yang
berbeda-beda upakaranya namun memiliki tujuan yang sama, hanya saja prosesi dan
upakara yang berbeda.
Upacara
Manusa Yajnya menyangkut mulai dari upacara magedong-gedongan (bayi dalam
kandungan), upacara bayi lahir, upacara kepus pungsed, upacara nelepas
Hawon/upacara 12 hari (roras lemeng), upacara tutug kekambuhan, upacara tiga
bulanan atau nyambutin, upacara tumbuh gigi, upacara munggah deha, upacara
mapandes (upacara potong gigi), upacara wiwahan (upacara perkawinan). (PHDI,
2001:53).
Adapun
upacara yang termasuk dalam upacara manusa yadnya diantaranya Magedong-gedongan
adalah upacara pada saat bayi masih dalam kandungan sang ibu. Upacara bayi
lahir merupakan Mapag Rare (menyambut si anak)yang telah lahir dengan selamat.
Upacara kepus pungsed disebut juga matelah
atau anelahan yang berarti “telah habis”.Upacara 12 hari adalah upacara Ngelepas Hawon, dimana bayi berumur 12
hari (roras lemeng).
Otonan
yang berasal dari kata wetu yang
berarti lahir dan keluar.Otonan merupakan upacara penyambutan hari kelahiran
anak yang jatuh pada 6 bulan sekali (1 oton) berdasarkan perhitungan pancawara,
saptawara dan pawukon adalah 210 hari. Pada hari itulah hari lahir anak akan
muncul. Misalnya anak lahir pada Saniscara Umanis Sungsang , maka otonan anak
tepat pada saniscara setiap 6 bulannya (Sanjaya, 2010:33)
Upacara
otonan bertujuan agar segala keburukan dan kesalah-kesalahan yang mungkin
dibawa ole si bayi dan semasa hidupnya terdahulu dapat dikurangi atau ditebus,
sehingga kehidupanyang sekarang benar-benar merupakan kesempatan untuk
memperbaiki serta meningkatkan diri untuk mencapai kehidupan yang sempurna.Upacara
Otonan ini adalah upacara pemotongan rambut yang pertama kali, yang bertujuan
untuk membersihkan ubun-ubun.
Pelaksanaan
upacara satu oton ini juga dimaksudkan untuk memohon kehadapan ibu pertiwi agar
ikut mengasuh si bayi sehingga si bayi tidak mendapatkan kesulitan, selamat dan
tumbuh dengan sempurna. Untuk ini diadakan pulau pacara turun tanah yang
diinjakkan untuk pertama kalinya diberi gambar bedawang nala sebagai lambang
dasar dunia, sedangkan si bayi ditutupi dengan sangkar yang disebut sumadala (Gunawan,2012:34).
Bayuh
oton adalah menurut kelahiran untuk menetralisir pengaruh-pengaruh yang tidak
baik yang ada pada diri manusia.Bayuh adalah kata yang sejenis dengan kata
dayuh.Dayuh dalam bahasa Bali artinya sejuk.Bayuh dimaksudkan menyejukkan diri
manusia dari hal-hal yang bersifat keras atau panas kelahirannya.Menyejukkan
juga berarti menetralisir.Sedangkan kata Ruwata berasal dari kata ruwat yang
berarti menyucikan (Wikarman,1998:15)
Anak yang lahir pada wuku wayang dianggap
kelahiran salah wadiperlu dibayuh
khusus dengan pengelukatan Sang Mpu Leger, yang diselesaikan oleh Dalang yang
tahu penyelenggaraan PanglukatanMpu Leger
dimaksud. Upacara ritual ini sangat popular dan namun dilaksanakan oleh umat
Hindu terutama dari lapisan masagrararis ( Wikarma.1998:13).
Upakara
otonan sangat banyak menggunakan sarana dan prasarana, tidak hanya menggunakan
satu dua sara banten. Dimasing-masing daerah prosesi dan upacara otonan ada
yang sama namun ada dibeberapa tempat yang memiliki upacara sangat berbeda dengan yang lainnya, sesuai
dengan Desa Kala Patra atau tradisi yang berlaku di Daerah masing-masing. Ada
pula upacara otonan yang diisi bantenJerimpen Mewayang.
Nyerimpen
ada 2 jenis yaitu Nyerimpen Jajan dan Nyerimpen Sate. Nyerimpen Jajan terdiri
dari lima jenis batang rangkaian jajan yaitu jajan bekayu, jajan begina putih
dan jajan begina merah. Dibagian dalamnya berisi jajan atau buah-buahan serta
ada ceper atau pelaus kecil.Untuk bagian atasnya berisi sampian dengan kembang
wangi. Sedangkan untuk Nyerimpen sate terdiri dari Nyerimpen sate itu ada 5
macam diantaranya sate pusut, sate lebat, sate asem, jepit babi, dan kekuwung.
Dibagian tengahnya berisi tumpeng dan rerasmen serta bagian atasnya berisi
sampaian dengan kembang wangi-wangian.
Sangat
menarik bagi penulis peneliti tentang upacara otonan, dimana upacara otonan
akan memberikan dampak bagi perkembangan anak sesuai dengan hari kelahiran dan
upacara yang dibuatkan guna untuk menetralisir pengaruh-pengaruh negative yang
dibawa sejak lahir. Di Desa Pedawa pelaksaan upacara otonan tidak seperti
masyarakat Hindu seperti biasanya secara umum. Di Desa Pedawa ada upacara yang
terkait dengan upacara otonan yang di
sering disebut dengan upacara Jerimpen
Mewayang pada saat hari raya Galungan bukan pada saat hari otonannya.
Upacara
Jerimpen Mewayang pada saat hari raya
Galungan yaitu upacara yang berkaitan
dengan upacara otonan namun dilaksanakan tidak pada saat hari otonannya. Pada
masyrakat Hindu secara umum anak yang lahir pada saat wuku wayang yang biasanya di berika penglukatan wayang sapuleger. Namun
masyarakat Hindu di Desa Pedawa tidak hanya anak yang lair pada wuku wayang saja yang di buatkan banten
wayang.
Penulis
pada kesempatan ini akan meneliti tentang tradisi Upacara Jerimpen Mewayang pada saat hari raya Galungan, sangat menarik bagi
penulis untuk mengaddakan penelitian di Desa Pedawa karena tradisi ini sangat
unik, menggunakan dua Jerimpen yaitu:
Jerimpen Jaja dan Jerimpen sate. Dan pada saat hari raya galungan melukat wayang dari Dalang yang bisa melukat.Esok
harinya natab banten jerimpen dan
banten galungan.
C Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah-masalah dalam penelitian
ini. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:
1.Bagaimana prosesi upacara nyerimpen mewayang di Desa Pedawa?
2.Mengapa
upacara nyerimpen mewayang
dilaksanakan di hari raya Galungan
tidak pada saat otonan?
3. Nilai pendidikan agama Hindu apa yang terdapat
dalam upacara nyerrimpen mewayang di
Desa Pedawa?
D Tujuan Penelitian
Setiap suatu
kegiatan yang dilakukan pastilah memiliki tujuan yang ingin dicapai, begitu
pula dengan kegiatan atau penelitian yang saya lakukan di Desa Pedawa,
Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng.
1. Tujuan
Umum
Tujuan
umum dari penelitian ini guna dapat memberikan pemahaman tentang Nyerimpen mewayang pada saat Galungan di
Deasa Padawa kepada masyarakat secara umum serta masyarakat di Desa Pedawa
khususnya.
2. Tujuan
Khusus
2.1
Ingin mengetahui prosesi upacara nyerimpen
mewayang di Desa Pedawa.
2.2 Ingin mengetahui upacara nyerimpen mewayang yang dilaksanakan di hari raya galungan tidak
pada saat otonan di Desa Pedawa.
2.3 Ingin mengetahui nilai pendidikan agama hindu
yang terdapat dalam upacara nyerimpen
mewayang di Desa Pedawa.
E Manfaat Penelitian
Setiap
penelitian yang dilakukan pasti memiliki manfaat dari penelitian yang
dilakukan, minimal bagi dirinya, bagi orang lain serta bagi masyarakat umum.
Begitu pula dengan penelitian yang penulis lakukan tentang Nyerimpen Mewayang
pada saat Galungan , diharapkan mampu memberikan manfaaat yang bersifat praktis
dan manfaat teoritis.
1
Manfaat Teoritis
Dari penelitian yang
dilakukan penelit adapun manfaat praktis yang ingin diproleh diantaranya: Agar
hasil penelitian atau temuan yang didapat peneliti tentang Nyerimpen Mewayang
pada saat Galungan ada manfaatnya bagi umat Hindu secara umum. Dan khususnya
masyarakat Desa Pakraman Pedawa agar menambah wawasan tentang pentingnya
nyerimpen mewayang ini, agar mampu dilestarikan dan dijaga tradisi yang unik
yang memiliki nilai serta makna tersendiri.
2.
Manfaat Praktis
Adapun manfaat praktis
yang ingin di capai dalam penyusunan proposal ini antara lain:
2.1
Hasil penelitian ini diharapkan dapat
memberikan manfaat bagi penulis tentang upacara nyerimpen mewayang.
2.2
Hasil penelitian ini diharapkan dapat
memberikan wawasan dalam umat Hindu tentang upacara nyerimpen mewayang.
2.3
Hasil penelitian ini diharapkan dapat
menabah wawasan masyarakat Pedawa tentang upacara nyerimpen mewayang.
F Kajian Pustaka
Kajian pustaka
merupakan hal yang penting dalam penelitian, melalui pustaka yang mendukung
penjelasan tentang nyerimpen mewayang akan memperjelas masalah yang diteliti,
sebagai perbandingan dan acuan agar dapat menghindarkan terjadinya penelitian
yang sama yang telah diteliti oleh para peneliti sebelumnya. Adapun
pustaka-pustaka yang relevan yang mendukung penelitian tentang upacara
nyerimpen mewayang sebagai kajian
pustaka sebagai berikut:
Nyerimpen
ada 2 jenis yaitu Nyerimpen Jajan dan Nyerimpen Sate. Nyerimpen Jajan terdiri
dari lima jenis batang rangkaian jajan yaitu jajan bekayu, jajan begina putih
dan jajan begina merah. Dibagian dalamnya berisi jajan atau buah-buahan serta
ada ceper atau pelaus kecil.Untuk bagian atasnya berisi sampian dengan kembang
wangi. Sedangkan untuk Nyerimpen sate terdiri dari Nyerimpen sate itu ada 5
macam diantaranya sate pusut, sate lebat, sate asem, jepit babi, dan kekuwung.
Dibagian tengahnya berisi tumpeng dan rerasmen serta bagian atasnya berisi
sampaian dengan kembang wangi-wangian.(Sanjaya.2005:63)
Wahyuni
(2006) penelitian yang berjudul “ Tradisi Permainan magoak-goakan Pada Hari
Raya Nyepi Suatu Kearifan Loka Di Desa
Panji Kecamatan Sukasada Kabupaten Buleleng” Tradisi yang dilakukan masyarakat
Desa Panji yang penuh dengan berbagai simbol-simbol kearifan lokal yang
bermakna harus ditafsirkan. Tradisi Magoak-goakan merupakan kebudayaan
masyarakat Desa Panji yang tercermin dalam ajaran Tri Hita Karana dimana
masyarakat harus mampu mengamalkan rasa baktinya kehadapan Ida Sang Hyang Widhi, pemerintah dan masyarakat.
Rusmini
(2001) Penelitian yang berjudul “Kajian Tentang Nilai-Nilai Pendidikan Agama
Hindu Dalam Pelaksanaan Penyepian di Desa Adat Mayong, Kecamatan Seririt,
Kabupaten Buleleng” menyebutkan bahwa tujuan pengerupukan adalah untuk mengusir
bhuta kala atau kekuatan negative yang membawa malapataka dan bencana supaya
lenyap dari permukaan bumi ini atau kembali kealamnya masing-masing demi untuk
mencapai kesejahtraan dan kebahagiaan umat manusia.
Berdasarkan hasil penelitian dan buku-buku tersebut
diatas memberi kontribusi terhadap penelitian yang akan dilakukan sebagai
perbandingan dan kajian tambahan dalam memahami Tradisi Upacara Nyerimpen
Mewayang pada saat Hari Raya Galungan di Desa Pedawa.
G Landasan Konsep
1. Tradisi
Tradisi
merupakan gambaran sikap dan prilaku manusia yang telah berproses dalam waktu
lama dan dilakukan secara turun-menurun dari nenek moyang.Tradisi dipengaruhi
oleh kecendrungan untuk berbuat sesuatu dan mengulang sesuatu sehingga menjadi
kebiasaan.
Tradisi
(Bahasa Latin: tradition,”diteruskan”)
atau kebiasaan, dalam pengertian yang paling sederhana adalah sesuatu yang
telah dilakukan untuk sejak lama dan menjadi bagian dari kehidupan suatu
kelompok masyarakat, biasanya mendasar dari tradisi adalah adanya informasi
yang diteruskan dari generasi kegenerasi baik tertulis maupun (sering kali)
lisan, karena tanpa adanya ini, suatu tradisi dapat penuh.
Tradisi
dalam bahasa latin berarti artinya “diteruskan” atau kebiasaan, dalam
pengertian yang paling sederhana adalah sesuatu yang telah dilakukan sejak lama
dan menjadi bagian dari kehidupan suatu kelompok masyarakat, biasanya dari
suatu Negara, kebudayaan, waktu atau agama yang sama. (htt:id.wikipedia.org//wiki/Tradisi)
2 Upacara
(Surayin
2005:9) Menyebutkan bahwa upacara
berasal dari kata upa yang
berarti “berhubungan”, dan cara yang
berarti gerak kemudian mendapat akhiran a
menjadi kata benda yang berarti “gerak”.
Jadi upacara adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan gerak atau kegiatan
dalam kata lain upacara adalah gerak (pelaksanaan) dari suatu yadnya. Pada umumnya upacara itu adalah
bentuk materi yang juga disebut “banten”,
sebagai mana diketahui yadnya di Bali
selalu dilengkapi dengan sesajen-sesajen (upakara).
Menurut
(Wiana 1997:37-38 dalam Sukajaya 2008:11), menyebutkan Upacara adalah sebuah
kata yang berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti upacara dalam tattwanya
memang suatu aktivitas yang mendekatkan manusia dan alam lingkungannya, dengan
sesamanya dan dengan Tuhannya.Pendekatan dengan alam lingkungan alam dengan
tujuan untuk membangun alam yang Bhutahita
artinya alam lingkungan yang sejahtera
Menurut Donder
(2007:281) menyatakan Upacara berasal
dari kata Sansekerta, yaitu dari upa = dekat, dan kata acara = kebiasaan. Jadi
Upacara yang menjadi bahasa Indonesia upacara (tidak menggunakan huruf a)
mengandung arti;kebiasaan yang dekat atau kebiasaan yang mendekatkan. Maksudnya
adalah suatu kebiasaan untuk mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa. Kata
upacara berkaitan dengan kata tata cara, yang juga berasal dari bahasa
sansekerta, yaitu dari kata; tata = susunan, acara = kebiasaan. Jadi tata cara
adalah kebiasaan yang tersusun dengan urutan-urutan tertentu. Daalam agama
Hindu upacara memiliki kedudukan dan fungsi yang sangat sentral, karena
kedudukannya sebagai sesuatu yang sakral atau
suci, dan fungsinya sebagai symbol ketulusan hati. Dalam agama Hindu lebih
populer dengan sebutan yajna. Perbedaanya adalah: Upacara bersifat khusus
mengenai ritual yang lebih menonjol dalam penggunaan sarananya sedangkan yajna
mengandungarti yang lebih luas, yakni
segala bentuk korban suci yang dilaksanakan baik ditujukan kepada Tuhan, sesama
manusia, alam semesta, yang dilaksanakan dengan menggunakan sarana atau tidak
menggunakan sarana.
3
Nyerimpen
Jerimpen berasal dari
dua suku kata yaitu: jeri dan empen. Jeri berasal dari kata Jari dan empen dari
kata Empu. Dari kata jari menjadi asta (Asta Aiswarya) yang diartikan delapan
penjuru dunia, sedangkan empu berarti Sang Putus (Maha Suci), diilustrasikan
sbg Sang Hyang Widhi, krn Sang Hyang Widhilah yg mengatur dan memutuskan sgl yg
ada di alam semesta.
Banten jerimpen adalah
merupakan simbol permohonan kehadapan Tuhan beserta manifestasiNya (Asta
Aiswarya) agar Beliau memberikan keputusan berupa anugrah baik secara lahiriah
maupun bathiniah.Oleh karena itu jerimpen selalu dibuat dua buah dan
ditempatkan di sampng kanan dan kiri dari banten lainnya, memakai sampyan
windha (jit kokokan), windha berasal dr kata windhu yg artinya suniya, dan
suniya diartikan Sang Hyang Widhi.Dua buah jerimpen mengandung maksud dan makna
sbg simbol lahiriah dan bathiniah.
Penataannya jerimpen
mengikuti konsep tatanan; kanistama, madyama dan uttama.Dalam tatanan upakara
yang kanistama susunannya lebih sederhana dengan dialasi dulang kecil/sesenden
dengan sampyan nagasari.Tapi dalam tatanan upakara madyama dan uttama biasanya
bentuk banten jerimpen ini memakai keranjang jerimpen (badan) dan memakai
sampyan windha (jit kokokan).
Jerimpen adalah simbol permohonan kehadapan Tuhan beserta
manifestasiNya (Asta Aiswarya) agar Beliau memberikan keputusan berupa anugrah baik
secara lahiriah maupun bathiniah sebagaimana disebutkan dalam makna banten jerimpen dalam mengenal
dan memahami ajaran hindu.
Penataannya jerimpen mengikuti konsep tatanan; kanistama,
madyama dan uttama.Dalam tatanan upakara yang kanistama susunannya lebih
sederhana dengan dialasi dulang kecil/sesenden dengan sampyan
nagasari. Tapi dalam tatanan upakara madyama dan uttama biasanya bentuk
banten jerimpen ini memakai keranjang jerimpen (badan) dan memakai sampyan windha.Yadnya (banten) jerimpen ini dibuat sebagai simbol permohonan kehadapan
Tuhan agar Beliau memberikan keputusan berupa anugrah baik secara lahiriah
maupun bathiniah.
4
Galungan
Kata
“Galungan” berasal dari bahasa Jawa Kuna yang artinya menang atau bertarung. Galungan
juga sama artinya dengan dungulan, yang juga berarti menang. Karena itu di
Jawa, wuku yang kesebelas disebut Wuku Galungan, sedangkan di Bali wuku yang
kesebelas itu disebut Wuku Dungulan. Namanya berbeda, tapi artinya sama saja.
Seperti halnya di Jawa dalam rincian pancawara ada sebutan Legi sementara di
Bali disebut Umanis, yang artinya sama: manis.
Agak
sulit untuk memastikan bagaimana asal-usul Hari Raya Galungan ini. Kapan
sebenarnya Galungan dirayakan pertamakali di Indonesia, terutama di Jawa dan di
daerah lain khususnya di Bali. Drs. I Gusti Agung Gede Putra (mantan Dirjen
Bimas Hindu dan Buddha Departemen Agama RI) memperkirakan, Galungan telah lama
dirayakan umat Hindu di Indonesia sebelum hari raya itu populer dirayakan di
Pulau Bali.Dugaan ini didasarkan pada lontar berbahasa Jawa Kuna yang bernama
Kidung Panji Amalat Rasmi. Tetapi, kapan tepatnya Galungan itu dirayakan di
luar Bali dan apakah namanya juga sama Galungan, masih belum terjawab dengan
pasti.
Namun di Bali, ada sumber yang memberikan titik terang.
Menurut lontar Purana Bali Dwipa, Galungan pertama kali dirayakan pada hari
Purnama Kapat, Budha Kliwon Dungulan, tahun Saka 804 atau tahun 882 Masehi.
Dalam lontar itu disebutkan: Punang aci Galungan ika ngawit, Bu, Ka, Dungulan sasih
kacatur, tanggal 15, isaka 804. Bangun indria Buwana ikang Bali rajya.
H Teori
Suatu
teori/konsep yang dijadikan dasar penelitian berguna untuk membaca fenomena
emferik sehingga konsep/teori ini berfungsi untuk “to understand”, yaitu penelitian dapat
mengerti tentang sesuatu merupakan modal bagi peneliti untuk dapat menjelaskan
“to describle” dan kadar lebih tinggi
lagi adalah dapat mendiskripsikan secara cermat dan utuh “to explain”. Apabila penelitian sudah dapat menjelaskan ia dapat
mengontrol atau mengevaluasi suatu fenomena dan dapat membuat prediksi terhadap
hasil-hasil temuan emperik.
Fungsi
teori/konsep yang berangkat dari fenomena emperik dapat menjadi instrument
untuk mengetahui suatu kondisi yang diinginkan dimasa depan, atau disebut juga
dengan “to predict”. Dengan teori
yang tepat, peneliti dapat mengestimasi/memproyeksikan, tidak menutup
kemungkinan kalau melalui teori masa depan dapat diramalkan arah
kecendrungannya. (Satrio, Komariah.2011:7)
1
Teori
Interaksionalisme Simbolik
Teori interaksionalisme
simbolik menurut Bodgan dan Taylor mengemukakan orang senantiasa berada dalam
suatu proses interpretasi dan definisi karena mereka harus terus menerus
bergerak dari suatu situasi lain. Sebuah situasi atau fenomena akan bermakna
apabila ditafsirkan dan didefinisikan (Suprayogo, 2001 :105).
Orang dengan potensi
yang dimiliki dianggap mampu menjadi objek untuk dirinya sendiri dan sebagai
subjek yang mampu melit tindakan-tindakannya seperti orang lain melihatnya.
Dengan kata lain, manusia dapat membayangkan serta sadar diri dan prilakunya
dari sudut pandang orang lain. Dengan demikian, manusia dapat mengkontruksi
prilakunya dengan membangkitkan respon tertentu dari orang lain karena manusia
adalah perlamban bermakna.
Tidakan atau prilaku
seseorang atau sekelompok orang bergantung pada bagaimana mendefinisikan
lingkungannya dan lingkungan mendefinisikan dirinya. Peranan sosial, nilai,
norma dan tujuanlah yang membentuk kondisi dan tanggung jawab bagi perbuatan. Simbol
adalah suatu hal yang diterima dengan persetujuan umum sebagai yang mewakili
atau yang menjadi ciri khas dari suatu yang dipenuhi dengan kualitas atau yang
terdapat dalam kenyataan atau pikiran (Tuner, 1990 : 18). Simbol atau lamang
dapat mengantar pemahaman terhadap objek karena karakteristik simbol tidak
terbatas pada isyarat fisik, tetapi dapat terwujud kata-kata, sebagai simbol
suara yang mengandung arti.
2 Teori Religi
Emosi
keagamaan yang muncul itu membutuhkan suatu ojek tujuan. Mengenai apa yang
menyebabkan bahwa sesuatu hal menjadi objek dari emosi keagamaan, bukanlah
terutama sifatnya yang luar biasa atau aneh dan megah, tetapi adanya tekanan
berupa anggapan umum dalam masyarakat. Misalnya karena salah satu
peristiwa secara kebetulan pernah
dialami orang banyak. Obyek yang menjadi tujuan emosi keagamaan juga dapat
bersifat sacre (keramat), sebagai
lawan dari sifat profane (tidak keramat), yang tidak memiliki nilai keagamaan
(Koentjaraningrat, 1998:376).
2
Teori
Nilai
Teori
nilai membahas dua masalah yaitu masalah Etika
dan Estetika.Etika membahas
tentang baik buruknya tingkah laku manusia sedangkan estetika membahas mengenai
kehindahan. Pengertian nilai itu adalah harga dimana sesuatu mempunyai nilai
karena dia mempunyai harga atau sesuatu itu mempunyai harga karena ia
mempunyai nilai. Perbedaan antara nilai
sesuatu itu disebabkan sifat itu sendiri.Nilai bersifat ide atau abstrak (tidak
nyata). Nilai bukalah suatu fakta yang dapat ditangkap oleh indra.
Masalah
kebenaran memang tidak terlepas dari nilai, tetapi nilai adalah menurut nilai
logika. Tugas teori nilai adalah menyelesaikan masalah etika dan estetika
dimana pembahasan tentang nilai ini banyak teori yang dikemukakan oleh beberapa
golongan dan mempunyai pandangan yang tidak sama terhadap nilai itu. Seperti
nilai yang dikemukakan oleh agama, positivism, pragmatisme, fvtalisme,
hindunisme dan sebagainya.
I Metode Pe
merupakan
aktifitas yang menggunakan kekuatan pikir dan aktifitas observasi dengan
meggunakan kaidah-kaidah tertentu untuk menghasilkan ilmu pengetahuan guna
memecahkan suatu persoalan. Aktifitas pikir dalam penelitian bukaan semata-mata
memindahkan teori-teori yang sudah mapan hasil pikir authoritative dan intuitif
kedalam suatu rencana penelitian untuk dibuktikan kebenarannya, akan tetapi
merupaakn aktifitas pikir ilmiah. Artinya peneliti paham bagaimana melakukan
penelitian untuk menguji teori-teori atau menemukan yang masih rahasia dengan
menggunakan kerangka berpikir yang rasional yang dapat menganalisis data/fakta
secara ilmiah sehingga menjadi teori yang teruji kebenarannya dan berrti bagi
pemecahan masalah dan pengembangan ilmu.Untuk memproleh teori yang benar,
penelitian dilaksanakan dengan menggunakan metode ilmiah.Artinya penelitian
berdasarkan atas teori-teori, prinsip-prinsip serta asumsi dasar ilmu
pengetahuan. (Satrio, Komariah.2011:3-4)
1
Pendekatan
Penelitian kualitatif dilakukan
karena peneliti ingin mengeksplor fenomena-fenomena yang tidak dapat
dikuantifikasikan yang bersifat deskriptif proses suatu langkah kerja, formula
suatu resep, pengertia-pengertian tentang suatu konsep yang beragam, tata cara
suatu budaya dan yang lainnya. menurut(Mulyana:2003 dalam Satrio,
Komariah.2011:22-23) pendekatan kualitatif cendrung mengarah pada penelitian
yang bersifat naturalistik fenomenologis, dan penelitian etnografi.
Pendekatan kualitatif atau disebut
juga pendekatan naturalistic adalah pendekatan yang menjawa permasalahan
penelitiannya memerlukan pemahaman secara mendalam untuk menghasilkan
kesimpulan-kesimpulan penelitian dalam konteks waktu dan situasi yang
bersangkutan.
Penelitian kualitatif merupakan suatu pendekatan
penelitian yang mengungkapkan situasi social tertentu dengan mendiskripsikan
kenyataan secara benar, dibentuk oleh kata-kata berdasarkan teknik pengumpulan
dan analisis data yang relevan yang diproleh dari situasi yang ailmiah.(Satrio,
Komariah.2011:22-23). Jadi pendekatan
penelitian kualitatif merupakan suatu pendekatan yang digunakan untuk
mengeksplor suatu fenomena yang berkaitan dengan sosial budaya, bersarkan
fakta-fakta yang terdapat dilapanangan.
1.
Pendekatan
Ex Post Facto
Kerlingger (1973) penelitian kausal komparatif yang
disebut juga sebagai penelitian Ex Post
Facto adalah penyelidikan empiris yang sistematis dimana ilmuan tidak
mengendalikan variable bebas secara langsung karena eksistensi dari variable
telah terjadi.
2
Lokasi
Penelitian
Lokasi dari penelitian yang penulis
lakukan yaitu di Desa Pakraman Pedawa, Kecamata Banjar Kabupaten Buleleng. Alasan
penulis memilih Desa Pakraman Pedawa sebagai tempat penuli untuk melakukan
penelitian di Desa ini karena Desa Pakraman Pedawa merupakan salah satu Desa
Bali Age yang terdapat di Daerah kabupaten Buleleng. Dan tradisi Upacara
nyerimpen mewayang yang terdaapat Desa Pakraman
Pedawa cukup menarik bagi penulis unuk dijadikan bahan penelitian.
1.
Subjek
dan Objek Penelitian
Dalam melakukan suatu
penelitian yang bersifat akademis, maka sudah tentu harus ditentukan objek
penelitiannya.Untuk mencapai suatu penelitian dimaksud, disamping menentukan
objek penelitian juga harus menentukan subyek penelitian sebagai sumber
pendukung.
3.1 Subjek
Penelitian
Subjek penelitian dalam
penelitian ini adalah masyarakat Hindu di Desa Pakraman Pedawa secara umum yang memiliki Tradisi Upacara Nyerimpen
Mewayang, di Kecamatan Banjar kabupatan Buleleng.
i.
Objek Penelitian
Objek Dalam penelitian ini adalah Tradisi Upacara Nyerimpen Mewayang, di
Desa Pakraman Pedawa Kecamatan Banjar Kabupaten Buleleng.
4.Jenis Data dan Sumber Data Penelitian
4.1
Data Primer
Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh
peneliti secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat
oleh pihak lain). Data sekunder umumnya berupa bukti, catatan atau laporan
historis yang telah tersusun dalam arsip (data dokumenter) yang dipublikasikan
dan yang tidak dipublikasikan.
Sebelum proses pencarian data sekunder dilakukan, kita perlu
melakukan identifikasi kebutuhan terlebih dahulu. identifikasi dapat dilakukan
dengan cara membuat pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut: 1) Apakah kita
memerlukan data sekunder dalam menyelesaikan masalah yang akan diteliti? 2)
Data sekunder seperti apa yang kita butuhkan? Identifikasi data sekunder yang
kita butuhkan akan membantu mempercepat dalam pencarian dan penghematan waktu
serta biaya.
4.2 Data
Skunder
Data primer merupakan
sumber data yang diperoleh langsung dari sumber asli (tidak melalui media
perantara).Data primer dapat berupa opini subjek (orang) secara individual atau
kelompok, hasil observasi terhadap suatu benda (fisik), kejadian atau kegiatan,
dan hasil pengujian. Metode yang digunakan untuk mendapatkan data primer yaitu
: (1) metode survei dan (2) metode observasi.
4. Teknik Penentuan Informan
Informan
adalah orang pada latar penelitian.Fungsinya untuk memberikan informasi tentang
situaasi dan kondisi latar penelitian. Seorang informan harus memiliki banyak
pengalaman tentang latar penelitian sebagai anggota tim ia dapat memberikan
pandangan dari segi orang dalam tentang nilai-nilai, sikap, bangunan, proses,
dan kebudayaan yang menjadi latar peneliti. Seorang informan harus jujur, patuh
pada peraturan, suka berbicara, tidak termasuk anggota salah atau kelompok yang
mempunyai komplik dalam latar peneliti.
5. Teknik Pengumpulan Data
Fase
terpenting dari peneliti adaalh pengumpulan data, pengumpulan data tidak lain
dari suatu proses pengdaan data menghasilakan temuan, kalau tidak memproleh
data. pengumpulan data dalam penelitian ilmah adalah prosedur yang sistematis
untuk memproleh data yang diperlukan. dalam penelitian kualitatif teknik
pengumpuln data yang dapat dilakukan melalui setting dari berbagai sumber, dan berbagai
cara. Dilihat dari settingnya, data dapat dikumpulkan dengan menggunakan primer
dan sumber skunder. Sumber primer
adalah data yang langsung memberikan
data kepadda peneliti, dan sumber sekunder merupaakn sumber yang tidak langsung
memberikan data kepaad peneliti.
Instrumen peneliti kualitatif adalah “human istrumen” atau manusia sebagai
informan ataupun yang mencari data dan instrument utama.Peneliti kualitatif
adalah peneliti itu sendiri sebagai ujung tombak pengumpulan data
(Instrumrn).Peneliti terjun secara langsung ke lapangan untuk mengumpulkan
sejumblah informasi yang dibutuhkan, dengan menggunakan teknik yang digunakan
dapat berupa kegiatan observasi, partisipasi, studi dokumentasi, dan wawancara.
5.1 Observasi
Observasi adalah teknik pengumpulan data dengan melakukan
pengamatan langsung terhadap subyek dimana sehari-hari mereka berada dan biasa
melakukan aktivitasnya.Ada dua macam observasi yaitu observasi secara langsung
maupun observas tidak langsung.Observasi merupakan pengamatan langsung “natural
setting” Dengan demikian pengertian observasi kualitatif adalah pengamatan
langsung terhadap objek, situasi, konteks, dan maknanya dalam upaya
mengumpulkan data peneliti.
5.2 Wawancara
Wawancara
yang dilakukan adalah untuk melakukan adalah untuk memproleh makna yang
raasional, maka observasi perlu dikuatkan dengan wawancara. Wawancara merupakan
teknik pengumpulan data dengan melakukan dialog langsung dengan sumber data,
dan dilakukan secara tak bersetruktur, dimana responden mendapat kebebaasan dan
kesempatan untuk mengelukan pikiran, pandangan, dan perasaan secara natural.
Wawancara adalah suatu teknik
pengumpulan data untuk mendapatkan informasi yang digali dari sumber data
langsung melalui percakapan atau Tanya jawab.Wawancara dalam penelitian
kualitatif sifatnya mendalam karena ingin mengeksplorasi informasi secara
holistik dan jenis dari informan.Wawancara dapat digunakan sebagai teknik
pengumpulan data apabila menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan
peneliti berkeinginan untuk mengetahui hal-hal yang berhubungan dengan informan
lebih mendalam.
Sebagai pegangan peneliti dalam
menggunakan metode interviu adalah bahwa subjek adalah informan yang tahu
tentang dirinya sendiri.Dengan demikian mengadakan wawancara pada prinsipnya
merupakan usaha untuk mengali keterangan yang lebih dalam dari sebuah kajian
dari sumber yang relevan berupa pendapat, kesan, pengalaman, pikiran dan
sebagainnya.
5.3 Dokumentasi
Selain sumber manusia (human resouerces) melalui
observasi dan wawancara sumber lainnya sebagai pendukung yaitu dokum-dokumen
tertulis yang resmi ataupun tidak resmi.
Dokumen merupakan catatan pristiwa yang sudah berlalu.Dokumen bisa
berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya monumental dari seseorang.Yang
dimaksud dokumen adalah catatan kejadian atau pristiwa yang sudah lampau yang
dinyatakan dalam bentuk lisan, tulisan dan karya.
6. Teknik Analisis
6.1 Reduksi Data
Dilakukan identifikasi terhadap unit/bagian terkecil
dalam susunan yang memiliki makna bila dikaitkan dengan focus masalah
penelitian. Setelah ditemmuan bagian terkecil dalam data tersebut kemudian
dilakukan pengkodean terhadap setiap unit tersebut dengan tujuan agar unit
tersebut dapat ditelusuri sumber asalnya.
6.2
Display Data
Bagian data yang memiliki kesamaan dipilih dan diberi
label (nama). Oprasionalisasi mengkatagorikan data dengan cara data yang
diproleh dikatagorisasikan meneurut
pokok permasalahan dan dibuat dalam bentuk matriks sehingga memudahkan peneliti
untuk melihat pola-pola hubungan suatu data lainnya. setiap katagori yang ada
dicari kaitannya kemudian dieri label (nama).
6.3
Analisi Data
Analisis data
adaalh suatu fase penelitian kualitatif yang sangat penting karena melalui
analisis data inilah peneliti dapat memproleh wujud dari penelitian yang
dilakukannya.Analisis adalah suatu upaya menguraikan menjadi bagian-bagian,
sehingga susunan/tatanan bentuk sesuatu yang diurai tampak dengan
jelas.Menganalisis adalah suatu aktivitas yang tidak akan sama bentuk dan
langkahnya antara satu orang dengan yang lainnya. Namun demikian, apabilan
merujuk arti analisis sebagai suatu
upaya mengurai menjadi bagian-bagian, maka peneliti dapat memulai analisis dari
fakta-fakta lapangan yang ditemukan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar